Monday, October 11, 2010

Pariaman Is Beatiful Place

Kota Pariaman merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Padangpariaman yang terletak di pesisir pantai sebelah utara kota Padang. Letaknya yang berada di pinggir Samudera Hindia membuat Padang Pariaman mempunyai potensi wisata bahari yang menjanjikan. Beroperasinya Bandar Udara Internasional Minangkabau di Ketaping semakin membuka peluang potensi pariwisata yang dimiliki bagi kota yang sering disebut sebagai piaman laweh itu.

Pantai-pantai di Pariaman
Kondisi geografis Pariaman agak berbeda dengan kota-kota lainnya di Sumatra Barat semisal Bukittinggi, Payakumbuh, Solok; menjadikan Pariaman sebagai pelengkap potensi wisata bagi Sumatra Barat. Jika kota-kota lain tersebut memiliki potensi perbukitan, pegunungan, dan danau, maka Pariaman memiliki pantai yang membujur puluhan kilometer dari Ulakan sampai ke Tanjung Mutiara. Di banyak tempat pantai Pariaman terlihat sangat asri dengan pasir putih bercampur batu apung dan karang-karang kecil yang dibawa ombak ke pantai. Pantai Pariaman landai dengan banyak pepohonan nyiur dan cemara laut di pinggirnya selain menambah keindahan panorama juga memberi kesejukan bagi pengunjung.

Keunikan lain pantai Pariaman adalah keberadaan pulau-pulau kecil dan pemandangan senja yang memukau. Proses terbenamnya matahari (sunset) adalah pemandangan yang harus dilihat para pelancong di sini, bahkan masih menjadi kebiasaan bagi penduduk Pariaman sendiri. Sunset di Pariaman dikenal sangat dramatis karena ada pulau-pulau kecil di depannya, suatu pemndangan yang mungkin tidak dimiliki pantai mana pun di Indonesia. Bagi pehobi fotografi yang ingin mengabadikan sunset, pantai Pariaman sungguh layak direkomendasikan. Salah satu bukti keunggulan panorama sunset di pantai Pariaman dapat dilihat dalam foto berikut ini.

Menghabiskan waktu menunggu sunset di pantai Pariaman akan lebih berkesan jika disambil dengan menikmati hidangan nasi sek dan masakan laut yang khas Piaman, seperti sala lauak, rakik udang, rakik ikan, cumi-cumi. Aneka makanan tradisional lainnya adalah gulai kepala ikan, ikan bakar, lengkap dengan sambaladonya. Tempat pelesir yang terkenal adalah Taman Wisata Pantai Gondoriah, yang terletak di tengah kota Pariaman. Namun selain itu masih ada tempat pelesir yang tidak kalah indah seperti di Tapian Puti, Pantai Arta (lebih kurang 15 km arah utara), Pantai Kata, Pantai Pauah, Pantai Ulakan, hingga Lubuk Bonta.
TABUIK(Indonesia: Tabut) adalah perayaan lokal dalam rangka memperingati Asyura, gugurnya Imam Husain, cucu Muhammad, yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau di daerah pantai Sumatera Barat, khususnya di Kota Pariaman. Festival ini termasuk menampilkan kembali Pertempuran Karbala, dan memainkan drum tassa dan dhol. Tabuik merupakan istilah untuk usungan jenazah yang dibawa selama prosesi upacara tersebut. Walaupun awal mulanya merupakan upacara Syi'ah, akan tetapi penduduk terbanyak di Pariaman dan daerah lain yang melakukan upacara serupa, kebanyakan penganut Sunni. Di Bengulu dikenal pula dengan nama Tabot.



Tabuik diturunkan ke laut di Pantai Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia
 
Upacara melabuhkan tabuik ke laut dilakukan setiap tahun di Pariaman pada 10 Muharram sejak 1831. Upacara ini diperkenalkan di daerah ini oleh Pasukan Tamil Muslim Syi'ah dari India, yang ditempatkan di sini dan kemudian bermukim pada masa kekuasaan Inggris di Sumatera bagian barat..